Hidup Tak Mengenal Siaran Tunda

SINOPSIS

Setiap potongan waktu adalah momentum. Setiap penggal masa adalah kesempatan emas yang tak boleh disia-siakan. Masing-masing punya fungsi dan karakternya. Hari Kamis ini bukan hari Kamis di minggu kemarin, meski namanya sama. Jumat besok bukan Jumat minggu kemarin. Meski sama-sama Jumat.

Potongan-potongan waktu itu tak semata cukup dipahami sebagai kumpulan detik, menit dan jam. Bukan hanya hitungan berapa lama kita menyelesaikan kerja, menyempatkan tidur, istirahat, berolahraga, beribadah, bercengkrama dengan keluarga, bepergian atau melakukan kegiatan lainnya. Tak sekedar berapa lama kita larut menyelami tulisan-tulisan di kompasiana. Tak cukup hanya itu. Sepotong waktu adalah momentum. Semacam pelontar, yang dapat melemparkan diri ke puncak sukses atau sebaliknya menjungkirbalikkan kita ke jurang kegagalan.

Maka momentum hidup bukan hanya saat orang merayakan ulang tahunnya. Atau saat datang hari raya. Atau saat usianya telah menginjak dewasa. Atau saat baru saja lulus kuliahnya. Atau saat perkawinannya telah telah berusia setengah abad. Ada berjuta momentum. Jauh lebih banyak dari sekedar saat-saat datangnya musim perayaan seperti itu.

Pagi yang menyapa dalam kesegaran udara dan hangatnya sinar mentari adalah momentum. Saat kita memulai hari baru. Adakah ini akan kita isi dengan kebajikan ataukah dengan kekerdilan?

Siang yang terik adalah momentum. Saat kita mendinginkan diri melalui termin pertama ibadah siang (bagi yang beragama islam). Ada jeda untuk mengisi ulang spirit.

Saat petang menjelang adalah momentum. Ketika kita mencoba mengakhiri penat. Bertanya kita pada jiwa, adakah hari ini kita telah berkarya.

Malam yang sunyi adalah momentum, saat kita merunduk dalam diam. Bertanya kita pada batin yang jujur, adakah hari ini telah kita lewati tangga-tangga menuju kebaikan hidup.

Begitulah, dalam kelebat lajunya yang sangat cepat, waktu dan hidup memberi kita momentum, bahkan pada detik-detiknya. Seperti kisah pelari cepat yang hampir mendekati finish, ketika ada sepotong momentum untuk mempercepat laju larinya. Maka sekian detik adalah penentu menuju kemenangan.

Setiap detik sangat berharga. Seberapa besar harganya tergantung kita yang melewatinya. Akan berlalu begitu saja tanpa ada makna, atau kita manfaatkan untuk sebuah karya.

Setiap momentum punya fungsi dan fasenya sendiri. Tidak tergantikan oleh yang lain. Begitulah. Karena hidup memang tak mengenal siaran tunda. Apa yang jatahnya detik ini, berlaku pula hari ini. Tidak mungkin ditunda sampai besok.



Pengarang : Ahmad Zairofi

Penerbit : Tarbawi Press

Halaman : 217 halaman

Harga : 25.000